Senin, 10 Januari 2011

laporan SHV

model-model pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tulang belakang (vertebre). Vertebrata terbagi dalam beberapa classis yaitu Pisces, Amphibi, Reptil, Aves dan Mammalia. Mereka diklasifikasikan berdasarkan ciri morfologi, fisiologi dan anatominya sehingga dapat dikelompokkan dari tingkatan klasifikasi paling rendah sampai klasifikasi yang paling tinggi. Semua hewan yang termasuk vertebrata memiliki otak yang relatif besar dan dilindungi oleh tulang cranium. Penyokong tubuh berupa sumbu yang tersusun atas ruas-ruas tulang yang disebut columna vertebralis. Tubuh terbagi atas kepala (Caput), leher (Cervix), badan (Trunchus), dan ekor (Cauda).
Pada praktikum kerja lapangan ini akan membahas tentang aves dan mamalia yang terdapat di kebun binatang Gembira Loka yogyakarta. Area ini dipilih karena memiliki berbagai kelebihan tersendiri diantaranya yaitu: jaraknya yang relatif dekat dengan area kampus UMS, dan juga memiliki koleksi spesies yang variatif sehingga dapat memenuhi kebutuhan data yang dibutuhkan untuk identifikasi. Tujuan utama Praktikum Kerja Lapangan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Sistematika Hewan Vertebrata untuk Latihan IV Aves dan Latihan V Mamalia.
Aves adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu berasal dari epidermal, sedangkan hewan lainnya tidak ada yang berbulu. Aves merupakan vertebrata yang dapat terbang karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Sayap pada aves berasal dari elemen- elemen tubuh tengah dan distal. Kaki pada aves digunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan selaput interdigital).
Pada Praktikum Kerja Lapangan ini yang akan kita bahas yaitu mengenai ciri dan karakteristik untuk tiap jenis hewan. Macam ciri morfologi itu diantaranya yaitu tentang Bentuk paruhnya, bentuk cakarnya, Jumlah dan susunan jarinya, fungsi utama kaki, bulu, sayap, dan bentuk ekornya.
Spesies kedua yang akan dibahas adalah Mamalia. Mamalia merupakan kelompok tertinggi derajatnya dalam dunia hewan. Hampir semua tubuhnya tertutup dengan kulut yang berambut banyak dan berdarah panas (homoiotherm). Sebutan mamalia berdasar adanya kelenjar mamae pada hewan betina untuk menyusui hewan yang masih muda. Mamalia hidup diberbagai habitat mulai dari kutub sampai daerah ekuator, dari dasar laut sampai hutan lebat dan gurun pasir. Banyak yang hidup secara nokturnal dan juga secara diurnal.
Ciri khusus mamalia lainnya diantaranya yaitu memiliki 4 ekstreamitas, masing-masing kaki memiliki kurang lebih 5 jari yang disesuaikan dengan keperluannya apakah untuk berjalan, lari, memanjat, membuat lobang, berenang, ataupun melincat. Cor sempurna terbagi atas 4 ruang (2 auricula dan 2 ventricula). Pernapasannya hanya dengan pulmo, memilimki daun telinga, dan vesica urinaria. Pada hewan jantan memiliki alat kopulasi berupa penis.
Pada Praktikum Kerja Lapangan yang bertempat di Kebun Binatang Gembira Loka untuk mengamati adanya berbagai perbedaan dan persamaan tiap jenis mamalia yang berada di tempat tersebut. Ciri morfologi yang akan diamati antara lain pola warnanya, ukuran tubuh, dan letak glandula mamae















B.    TUJUAN
1.    CLASSIS AVES
Mempelajari bagian-bagian luar tubuh anggota Aves yang penting untuk identifikasi.
2.    CLASSIS MAMALIA
Mengenal ciri-ciri mamalia yang penting untuk identifikasi.

C.    TEMPAT
Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.

D.    WAKTU
Praktikum kerja lapangan yang dilakukan di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta dilaksanakan pada:
Hari    : Minggu
Tanggal    : 28 Nopember 2010
Waktu    : 10.00 – 14.00 WIB














BAB II

A.    TINJAUAN PUSTAKA
Kimball (1999), menyatakan bahwa ciri-ciri umum vertebrata adalah memiliki tubuh yang simetri bilateral dengan pembagian tubuh yang terdiri atas: kepala, leher, badan, dan ekor. Meskipun ada yang tidak berleher dan ada yang tidak berekor. Memiliki susunan ruas tulang belakang (kolumna vertebralis) dan memiliki otak di dalam kranium. Ciri lain pada hewan Vertebrata adalah tubuh simetri bilateral dengan sistem alat tubuh yang beruas-ruas. Mempunyai endoskeleton (rangka dalaam) dengan ruas tulang belakang sebagai penguat kerangka tubuh, dimana pada kerangka melekat otot-otot kerangka. Kulit berlapis-lapis, terdiri atas epidermis (kulit bagian luar), dan dermis (kulit bagian dalam). Otak terletak di kepala terlindung tulang-tulang tengkorak. Mempunyai selom (rongga tubuh) yang dindingnya dilapisi selaput peritoneum.
Djuanda (1983), menyatakan bahwa aves adalah vertebrata yang dapat terbang, karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Sayap berasal dari elemen – elemen tubuh tengah dan distal. Bagian tengkorak terdiri tulang – tulang tengkorak berfusi kuat,paruh berzat tanduk. Aves tidak bergigi, memiliki mata yang besar. Pada burung terbang, tulang sternum terjungkir dan ada yang berlunas. Kaki bagian bawah dan jari – jari kulitnya berzat tanduk keras. Pada otak memiliki serebrum dan lobus optikus berkembang baik. Memiliki 12 pasang saraf cranial. Aves berespirasi dengan paru – paru dengan sejumlah kantong – kantong udara. Suara burung berbeda – beda menurut jenisnya, dan ada yang dapat menirukan suara.
Djarubito (1990), menyatakan bahwa Aves adalah Vertebrata dengan tubuh yang di tutupi oleh bulu (asal epidermal), sedangkan hewan lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang dapat terbang, karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Sayap pada Aves berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal. Kaki pada Aves digunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan sealput interdigitalis). Aves tidak bergigi dan karakteristik tengkorak meliputi tulang-tulang tengkorak yang berfusi kuat. Paruh berzat dan bertanduk.
Brotowidjoyo (1994), menyatakan bahwa burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.
Campbell (2004), menyatakan bahwa hampir setiap bagian dari anatomi burung yang khas termodifikasi dalam beberapa hal untuk meningkatkan kemampuan terbang. Tulang-tulang burung memiliki struktur internal yang menyerupai sarang lebah, yang membuat mereka kuat namun ringan. Untuk classis Mammalia memiliki rambut, suatu karakteritik penentu seperti bulu terbang pada burung. Sebagian besar Mammalia memiliki metabolisme yang aktif dan merupakan hewan endoterm.
Ali (2008), menyatakan bahwa diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah. Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk. Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Jasin (1989), menyatakan bahwa Mammalia merupakan Vertebrata yang tubuhnya tersusun rambut, yang betina punya kelenjar susu yang tumbuh dengan baik dan berfungsi untuk memberi makanan pada awal pertumbuhan anaknya. Anggota gerak depan pada Mammalia dapat termodifikasi untuk berlari, menggali lubang, berenang dan terbang. Pada jari-jari terdapat kuku, cakar atau tracak. Pada kulit terdapat banyak kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Gigi umumnya mempunyai 4 tipe, yaitu gigi seri, gigi taring, gigi premolar dan gigi molar. Dibanding dengan Vertebrata lainnya, jumlah tulang tengkorak manusia banyak yang tereduksi.
Radiopoetro (1996), menyatan bahwa Sebagian besar mamalia melahirkan keturunannya, tapi ada beberapa mamalia yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Kelahiran juga terjadi pada banyak spesies non-mamalia, seperti pada ikan guppy dan hiu martil; karenanya melahirkan bukan dianggap sebagai ciri khusus mamalia. Demikian juga dengan sifat endotermik yang juga dimiliki oleh burung. Monotremata tidak memilki puting susu, namun tetap memiliki kelenjar susu. Artinya, monotremata memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kelas Mamalia. Perlu diketahui bahwa taksonomi yang sering digunakan belakangan ini sering menekankan pada kesamaan nenek moyang; diagnosa karakteristik sangat berguna dalam identifikasi asal-usul suatu makhluk. Jika ada salah satu anggota Cetacea ternyata tidak memiliki karakteristik mamalia, maka ia akan tetap dianggap sebagai mamalia karena nenek moyangnya sama dengan mamalia lainnya.
Hegner (1997), menyatakan bahwa Mamalia memiiki 3 tulang pendengaran dalam setiap telinga dan 1 tulang (dentari) di setiap sisi rahang bawah. Vertebrata lain yang memiliki telinga hanya memiliki 1 tulang pendengaran (yaitu, stapes) dalam setiap telinga dan paling tidak 3 tulang lain di setiap sisi rahang. Mamalia memliki integumen yang terdiri dari 3 lapisan: paling luar adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis. Epidermis biasanya terdiri atas 30 lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini sering terkelupas; epidermis bagian paling dalam sering membelah dan sel anakannya terdorong ke atas (ke arah luar). Bagian tengah, dermis, memiliki ketebalan 15-40 kali dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai komponen seperti pembuluh darah dan kelenjar. Hipodermis tersusun atas jaringan adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi. Ketebalan lapisan ini bervariasi pada setiap spesies.
Wallker (1999), menyatakan bahwa nama Mamalia berasal dari ciri utama anggota – anggota (hewan) yang memiliki glandula mamae. Mammalia memiliki rambut – rambut, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh panas maupun dingin. Di dalam kulit mamalia terdapat kelenjar air susu, kelenjar peluh (keringat) dan kelenjar minyak. Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar baud an kelenjar pipi. Berdasarkan sifatnya gigi – gigi mamalia adalah heterodont, thecodont, dan dyphodont. Dipandang dari cara menapakkan kakinya, mammalia ada yang bersifat plantigrad, digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dari rongga perut. Dipandang dari aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada yang diurnal.
Ismu (2009), menyatakan bahwa binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas". Otak mengatur sistem peredaran darah, termasuk jantung yang beruang empat. Mamalia terdiri lebih dari 5.000 genus, yang tersebar dalam 425 keluarga dan hingga 46 ordo, meskipun hal ini tergantung klasifikasi ilmiah yang dipakai. Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau marsupial).
       


























BAB III
ISI

A.    CLASSIS AVES
1.    a.     Nama lokal    : Burung Pelikan
b.    Nama ilmiah    : Pelecanus conspicillatus
c.    Nama pengambil data     : 1) Miftahul Khoir A.     (A 420080174)
2)    Hesti Dwi A.    (A 420080175)
3)    Arga Wahyu P.    (A 420080176)
                4) Fathun N.    (A 420080177)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar    :  
f.    Klasifikasi:
            Kingdom        : Animalia
Phyllum            : Chordata   
Sub Phyllum    : Vertebrata
Classis            : Aves
Ordo            : Pelecaniformes
Famili            : Pelecanidae
Genus            : Pelecanus
Spesies            : Pelecanus conspicillatus
g.    Deskripsi:
1)    Habitat
Pelikan (Pelecanus conspicillatus) suka hidup berkelompok dan berenang di danau, rawa-rawa, sungai, lautan. Tersebar di Australia, Irian kadang-kadang sampai Indonesia bagian barat.
2)    Morfologi
Burung pelikan (Pelecanus conspicillatus) berbulu menyeluruh, dan bersayap panjang. Paruh burung ini panjang lurus dan berkantung. Jarinya berjumlah 4 (3depan dan 1 belakang) berselaput, cakarnya runcing lurus, fungsi dominan kaki untuk berenang, dan berekor pendek.
3)    Ciri spesifik
Pelikan (Pelecanus conspicillatus) termasuk Burung air yang sangat besar, mempunyai berat badan berkisar antara 4,5-11 kg, dengan rentangan sayap 2,75 m. Burung ini biasanya putih atau sebagian besar putih. Sayap dan ekor sebagian berwarna hitam. Selama musim mengeram warna kulit yang sulah, paruh, kantung, tenggorok, dan kaki menjadi lebih jelas. Burung pelikan mempunyai ciri-ciri khusus yaitu antara lain paruh besar dan lurus, dilengkapi dengan kait pada ujungnya dan kantong besar. Perbedaan morfologi antara jantan dan betina tidak jelas, sehingga agak sukar membedakan pelikan jantan dengan pelikan betina.
4)    Jenis makanan
Di alam burung pelikan (Pelecanus conspicillatus) memakan ikan dan cara menangkapnya dengan cara menyendokan paruhnya kedalam air yang terdapat ikan. Seekor pelikan dalam satu hari mampu memakan ikan seberat 6 kg. Di Kebun Binatang Gembira Loka pelikan diberi ikan segar sebanyak 1 kg setiap hari.
5)    Perilaku
Burung pelikan (Pelecanus conspicillatus) merupakan burung yang hidup sosial, berkelompok dalam jumlah 50 sampai 40.000 berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain di daratan. Burung ini suka berenang di air, pakan utamanya adalah ikan, sambil berenang pelikan menangkap ikan dengan mudah, karena paruhnya yang bekerja serupa jala penangkap ikan. Paruhnya yang menyerupai kantung tidak seperti jala yang berlobang tapi sangat lentur dan mudah melar.
6)    Reproduksi
Seekor pelikan (Pelecanus conspicillatus) berkembangbiak dengan bertelur (Ovipar), mampu bertelur sebanyak 4 butir, telur berwarna putih dan berukuran besar. Telur-telur itu akan menetas setelah dierami selam 30 hari. Pengeraman dan pemeliharaan dilakukan oleh induk jantan dan betina secara baik, yaitu secara bergantian.






























2.    a.     Nama lokal    : Merak Hijau
b.    Nama ilmiah    : Pavo muticus
c.    Nama pengambil data     : 1) Miftahul Khoir A.     (A 420080174)
                2) Hesti Dwi A.    (A 420080175)
                3) Arga Wahyu P.    (A 420080176)
                4) Fathun N.    (A 420080177)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.    Klasifikasi :
        Kingdom        : Animalia
Phyllum        : Chordata   
Sub Phyllum    : Vertebrata
Classis        : Aves
Ordo        : Galiformes
Famili        : Phasianidae
Genus        : Pavo
Spesies        : Pavo muticus





g.    Deskripsi:
1)    Habitat
Merak Hijau (Pavo muticus) hidup di hutan di sekitar semak. Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput misalnya di Republik Rakyat Cina, Indocina dan Jawa (Indonesia). Sebelumnya Merak Hijau ditemukan juga di India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah punah di sana.
2)    Morfologi
Merak Hijau (Pavo muticus)  memiliki sayap panjang, ekornya panjang runcing, paruhnya pendek runcing. Fungsi dominan kaki untuk bertengger dan berjalan, jarinya berjumlah 5 ( 3 depan, 1 belakang rata dan 1 terangkat), cakarnya runcing melengkung.
3)    Ciri spesifik
Merak Hijau (Pavo muticus) mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor.
4)    Jenis makanan
Di habitat aslinya Merak Hijau (Pavo muticus) mencari pakan dari dini hari sampai senja hari. Pakan di .habitat aslinya berupa biji-bijian, buah-buahan, kacang-kacangan, sayur-sayuran, cacing dan hewan melata. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan sayur-sayuran, gabah dan kecambah.
5)    Perilaku
Burung merak (Pavo muticus) hidup secara kelompok bersifat poligami dan terikat dalam suatu keluarga. Burung merak jantan suka memperagakan penutup ekornya yang dikembangkan atau bergantian mengusir jantan lain pada musim kawin. Pada malam hari tidur di atas pohon gundul yang tinggi. Pada siang hari suka berjalan-jalan di tanah dan bertengger di atas dahan pohon yang gundul.
6)    Reproduksi
 Merak Hijau (Pavo muticus) berkembangbiak dengan bertelur (Ovipar). Perkawinannya berkaitan erat dengan musim penghujan, sekitar bulan Juni sampai Agustus. Merak betina membuat sarang diatas pohon atau di semak.semak belukar. Sarang dibuat dari ranting atau dahan-dahan kering. Merak betina meletakkan telur 3-5 butir dan dierami selama 28 hari































3.    a.     Nama lokal    : Julung Emas
b.    Nama ilmiah    : Aceros undulatus
c.    Nama pengambil data     : 1) Miftahul Khoir A.     (A 420080174)
                2) Hesti Dwi A.    (A 420080175)
                3) Arga Wahyu P.    (A 420080176)
                4) Fathun N.    (A 420080177)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.    Klasifikasi :
    Kingdom        : Animalia
Phyllum        : Chordata
Sub Phyllum    : Vertebrata   
Classis        : Aves
Ordo        : Coraciiformes
Famili        : Bucerotidae
Genus        : Antoceros
Spesies        : Antoceros undulatus




g.    Deskripsi
1)    Habitat
Burung Julung Emas (Aceros undulatus) habitatnya  di daerah  hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian 2.000 m. Burung ini tersebat di Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Bali.
2)    Morfologi
Burung Julung Emas (Aceros undulatus) mempunyai ukuran, panjang tubuh mencapai 100 cm, berekor panjang runcing. Pada burung jantan dan betina, punggung, sayap dan perut berwarna hitam. Burung ini memiliki paruh putih, besar, melengkung, dan runcing dengan tanduk di atas paruh, fungsi dominan kaki untuk bertengger, jumlah jari 4 (3 depan dan 1 belakang), cakarnya runcig melengkung, dan sayapnya panjang.
3)    Ciri spesifik
 Burung Julung Emas (Aceros undulatus) jantan kepalanya krem, bulu alis kemerahan bergantung dari tengkuk, kantung leher kuning tidak berbulu dengan strip hitam khas, ekornya panjang bulat, sayapnya panjang. Burung betina kepala dan leher hitam, kantung leher biru. Pada jantan dan betina mempunyai mata berwarna kuning dengan kulit di sekitarnya berwarna merah  mempunyai suara salakan seperti anjing, diulang-ulang dan pendek.
4)    Jenis makanan
Burung Julung Emas (Aceros undulatus) memakan buah-buahan sebagai pakan utama, selain itu juga serangga, cacing, burung kecil, tikus kecil, dan kadal. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan pepaya, pisang dan daging sapi sedikit.
5)    Perilaku
Burung Julung Emas (Aceros undulatus) hidup berpasangan atau membuat kelompok, terbang tinggi di atas hutan dengan kepakan sayap yang berat sambil mencari pohon buah-buahan, sering berbaur dengan rangkok lain di pohon berbuah. Di luar musim mengeram seperti pada umumnya burung julang emas, mereka membentuk kelompok atau menempati tempat peristirahatan secara bersama-sama.
6)    Reproduksi
Burung Julung Emas (Aceros undulatus) berkembangbiak dengan bertelur (ovipar), pada saat mengeram burung betina dikurung dalam sarang yang terbuat dari lubang pohon dan ditutup dengan tanah campur air liur. Sarang mempunyai lubang untuk memasukkan pakan dari burung jantan.  Jumlah telur  yang dihasilkan 2 butir dan menetas setelah 28 hari.























4.    a.     Nama lokal    : Elang Bondol
b.    Nama ilmiah    : Haliastur indus
c.    Nama pengambil data     : 1) Miftahul Khoir A.     (A 420080174)
                2) Hesti Dwi A.    (A 420080175)
                3) Arga Wahyu P.    (A 420080176)
                4) Fathun N.    (A 420080177)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.    Klasifikasi :
        Kingdom        : Animalia
Phyllum        : Chordata
Sub Phyllum    : Vertebrata   
Classis        : Aves
Ordo        : Falconiformes
Famili        : Accipitridae
Genus        : Haliastur
Spesies        : Haliastur indus





g.    Deskripsi:
1)    Habitat
Daerah yang biasa di kunjungi Elang Bondol (Haliastur indus) adalah daerah rawa, sungai, muara dan kepulauan sampai dangan daerah yang ketinggianya sampai 2800 m di atas permukaan laut. Habitatnya di daerah hutan lembab hingga daerah padang rumput. Di Indonesia sendiri Elang Bondol (Haliastur indus)  tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali.
2)    Morfologi
Elang Bondol (Haliastur indus) memiliki bulu menyeluruh, sayap panjang membulat, ekornya panjang. Paruhnya berkait pendek, dan runcing. Fungsi dominan kaki untuk bertengger dan pencengkeram. Jarinya berjumlah 4 (3 depan dan 1 belakang), cakarnya runcing melengkung.
3)    Ciri spesifik
Elang Bondol (Haliastur indus) berukuran sekitar 45 cm. Elang bondol (Haliastur indus)  memiliki warna putih dengan coretan hitam vertikal dari kepala, leher sampai perut dan coklat kepirangan pada bagian punggung sayap sampai ekor. Warna bulu burung remaja kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga, mempunyai suara pekikan mengeluh dan mengeong-ngeong.
4)    Jenis makanan
Elang Bondol (Haliastur indus) dalam hal mencari makan bukan hanya buruan yang masih segar. Tapi juga akan menangkap mangsa yang sudah menjadi bangkai yang biasanya adalah ikan-ikan yang mati dan mengambang di permukaan air. Selain memakan ikan, Elang bondol (Haliastur indus)  juga biasa memakan ular, tikus, burung air, bangkai, dan Mamalia air. Di Kebun Binatang Gembira Loka elang laut diberi pakan daging sapi katak, mamalia kecil dan insecta.
5)    Perilaku
Elang Bondol (Haliastur indus) memiliki kebiasaan terbang melayang-layang di udara sambil mngintai mangsanya dan jika mangsanya sudah terlihat maka Elang bondol (Haliastur indus)  akan langsung terbang menukik untuk menangkap mangsanya yang ada di darat.
6)    Reproduksi
Cara berkembang biak Elang Bondol (Haliastur indus)  sama seperti halnya dengan burung-burung pemangsa lainnya yaitu dengan bertelur (ovipar). Elang betina bertelur dua atau tiga butir, berwarna putih dengan bintik-bintik merah. Di Jawa dan Bali musim kawin satwa ini pada bulan Mei- Juli.



















5.    a.     Nama lokal    : Kasuari Gelambir dua.
b.    Nama ilmiah    : Casuarius-casuarius
c.    Nama pengambil data     : 1) Miftahul Khoir A.     (A 420080174)
                2) Hesti Dwi A.    (A 420080175)
                3) Arga Wahyu P.    (A 420080176)
                4) Fathun N.    (A 420080177)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.     Klasifikasi :
        Kingdom        : Animalia
Phyllum        : Chordata
Sub phyllum    : Vertebrata   
Classis        : Aves
Ordo        : Struthioniformes
Famili        : Casuariidae
Genus        : Casuarius
Spesies        : Casuarius casuarius




g. Deskripsi :
1)    Habitat
Casuarius casuarius berhabitat di Hutan hujan tropis di Irian dan pulau-pulau sekitarnya, timur laut Australia, sebelah selatan sampai Cardwell dan di Irian tempat pemukiman membentang sampai hutan sabana. Selain itu juga dapat ditemukan di daerah Irian, Kepulauan Aru dan Kepulauan Seram.
2)    Morfologi
Casuarius casuarius memiliki berbulu menyeluruh. Paruhnya pendek tumpul, dan sayapnya pendek membulat. Memiliki jari berjumlah 4 (3depan, 1 belakang) rata, bercakar tumpul lurus dengan kaki tipe berjalan. Burung Kasuari berekor pendek membulat.
3)    Ciri spesifik
Burung kasuari (Casuarius casuarius) merupakan burung yang terbesar dari kelompok burung, apabila  berdiri tegak mempunyai tinggi 1.80 m, tetapi biasanya kepalanya diangkat setinggi 1.20 m dari tanah. Burung ini tampak buntak, bulunya hampir hitam dan mengkilap, kepala dihiasi dengan ketopong atau kasu yang mirip tanduk setinggi 15 cm. Kulit kepala dan leher berwarna biru, mempunyai gelambir dua berwarna merah, yang menggantung kebawah dari tenggorokannya. Panjang gelambir  kira-kira 12 cm.
4)    Jenis makanan
Di alamnya kasuari (Casuarius casuarius) memakan buah-buahan dari beberapa jenis tumbuhan, tetapi paling banyak memakan buah buni dan buah batu. Di Kebun  Binatang Gembira Loka kasuari diberi pakan ketela rambat, pepaya, pisang dan kangkung..
5) Perilaku
Kasuari (Casuarius casuarius) termasuk burung yang pandai berenang. Satwa ini aktif pada pagi dan sore hari, sulit ditemui pada malam hari. Kasuari suka berlari dan melompat. Burung ini bersifat agresif dan galak terutama pada saat melindungi telur dan anaknya. Kasuari bersifat soliter dan hanya berkumpul pada saat musim kawin saja. Kasuari betina bersifat poliandri, dalam satu musim kawin mampu mendapatkan 3 pejantan.
6) Reproduksi
Burung Kasuari (Casuarius casuarius) berkembangbiak dengan bertelur (Ovipar). Betina bertelur sebanyak 4-8 butir yang berukuran besar. Telur diletakkan disarang yang berupa cekungan tanah disela banir, dengan alas daun dan ranting tumbuhan. Pengeraman dilakukan oleh kasuari jantan selama 58 - 61 hari.






















B.    CLASSIS MAMALIA
1.    a.     Nama lokal    : Lutung Merah
b.    Nama ilmiah    : Presbytis cristata
c.    Nama pengambil data     : 1) Eny Dwi A.     (A 420080178)
                2) Suprapti    (A 420080179)
                3) Andi Saputro    (A 420080180)
                4) Ardiana H.    (A 420080181)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.     Klasifikasi :
        Kingdom    : Animalia   
    Phyllum    : Chordata
    Sub Phyllum    : Vertebrata
    Classis    : Mammalia
    Ordo    : Primates
    Sub Oro    : Anthripoidea
    Family        : Cercopithecidae
    Genus    : Presbytis
    Spesies    : Presbytis cristata


g.    Deskripsi :
1)    Habitat
Lutung Merah (Presbytis cristata) Terdapat di India, Tiongkok, Srilanka, Kalimantan, Bali. Habitatnya didaerah hutan lebat, kebun, pinggiran hutan serta daerah pemukiman baru dekat hutan.
2)    Morfologi
Presbytis cristata mempunyai pola warna pirang pada bagian dorsalnya dan merah keputihan pada bagian ventralnya. Mempunyai ukuran tubuh yang besar karena beratnya saat dewasa lebih dari 5kg. Glandula mammae terletak pada bagian pectoral.
3)    Ciri specifik
Presbytis cristata mempunyai tinggi antara 40-80 cm dengan berat 5-15 kg. Mempunyai badan langsing dan berekor panjang. Tangannya lebih pendek dari kaki dengan telapak tidak berbulu. Pejantannya memiliki ukuran yang lebih besar dari betinanya. Termasuk hewan siang yang aktif pada pagi dan sore hari.
4)    Jenis makanan
Lutung Merah (Presbytis cristata) termasuk herbivora. Giginya bertipe lophodont Makanannya berupa dedaunan, buah-buahan, dan kuncup bunga.
5)    Perilaku
Lutung Merah (Presbytis cristata) hidup bergerombol antara 5-20 ekor yang dipimpin oleh seekor pejantan. Sehari-hari bergelayutan dan melompat dari pohon satu ke pohon lain. Bila melahirkan anaknya dipelihara oleh seluruh betina yang ada dalam kelompok. Suara pejantan sangat nyaring ditujukan untuk mengingatkan agar kelompok lain tidak memasuki wilayahnya.
6)    Reproduksi
Lutung merah (Presbytis cristata) biasanya beranak (Vivipar) satu dalam proses kelahirannya. Masa kehamilan adalah sekitar 7 bulan.

2.    a.     Nama lokal    : Banteng
b.    Nama ilmiah    : Bos sondaicus
c.    Nama pengambil data     : 1) Eny Dwi A.     (A 420080178)
                2) Suprapti    (A 420080179)
                3) Andi Saputro    (A 420080180)
                4) Ardiana H.    (A 420080181)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.     Klasifikasi :   
                Kingdom    : Animalia
    Phyllum    : Chordata
    Sub Phyllum    : Vertebrata
    Classis    : Mammalia
    Ordo    : Atiodactyla
    Family        : Bovidae
    Genus    : Bos
    Spesies    : Bos sondaicus





g.    Deskripsi :
1)    Habitat
Banteng (Bos sondaicus) menyukai topografi yang rata atau sedikit bergelombang, dengan hutan yang tidak begitu lebat dan lapangan terbuka yang berumput atau berumpun bambu; Di Pulau Jawa.
2)    Morfologi
Banteng (Bos sondaicus) memiliki warna bulu yang hampir sama antara bagian ventral dan dorsal. Pada bagian dorsal berwarna coklat kemerahan sedangkan bagian ventral berwarna coklat. Hewan ini memiliki ukuran tubuh yang besar, karena beratnya saat dewasa lebih dari 5kg. Kelenjar mamae terletak di bagian pelvis.
3)    Ciri spesifik
Banteng (Bos sondaicus) mempunyai bentuk dan ukuran mirip sapi peliharaan. beberapa ciri yang membedakan yaitu antara lain warna mantel rambut yang betina selalu coklat kemerahan dan jantan dewasa berwarna hitam, baik jantan dan betina terdapat warna rambut putih pada pantat dan kaki bagian bawah. Banteng Jantan mempunyai baga dan tanduk selalu menghadap ke depan. Ukuran tubuh panjang 108-200 cm, tinggi pundak 130-170 cm dengan berat tubuh 500-900 kg. Ciri lain yang dimiliki satwa ini tubuh bagian depan lebih tinggi dari bagian belakang sehingga nampak gagah.
4)    Jenis makanan
Selama musim penghujan Banteng (Bos sondaicus) memakan rebung dan pada waktu musim kemarau menyukai merumput di padang rumput karena giginya bertipe lophodont. Di Kebun Binatang  Gembira Loka diberi pakan berupa rumput, ubi jalar, katul, daun-daunan dan garam yang dicampur merata. Kuantitas pakan 10% dari berat badan untuk setiap harinya.
5)    Perilaku
Banteng (Bos sondaicus) hidup di dalam kelompok besar 10-30 ekor, mencari pakan pada pagi dan sore hari. Perilaku seperti merumput, berkubang, menjelajah dan istirahat selalu dilakukan secara berurutan. Jika kelompok banteng terancam bahaya maka seluruh anggota kelompok mengawasi bersamaan pada datangnya bahaya dan tidak segan-segan akan menghadapi dengan gagah berani. Dalam perkembangannya banteng telah didomistikasi sebagai contohnya sapi bali.
6)    Reproduksi
Musim kawin banteng (Bos sondaicus) dari lokasi yang berbeda selalu berlainan, di Taman Suaka Margasatwa Ujung Kulon musim kawin pada bulan Juli dan Agustus. Hewan ini berkembangbiak dengan beranak (Vivipar). Lama bunting 270-280 hari, anak yang dilahirkan selalu 1 ekor. Anak banteng menjadi dewasa setelah berumur 2-3 tahun.



















3.    a.     Nama lokal    : Tapir Brasil
b.    Nama ilmiah    : Tapirus terrastris
c.    Nama pengambil data     : 1) Eny Dwi A.     (A 420080178)
                2) Suprapti    (A 420080179)
                3) Andi Saputro    (A 420080180)
                4) Ardiana H.    (A 420080181)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.     Klasifikasi :   
                Kingdom    : Animalia
    Phyllum    : Chordata
    Sub Phyllum    : Vertebrata
    Classis    : Mammalia
    Ordo    : Perissodactyla
    Family        : Tapiridae
    Genus    : Tapirus
    Spesies    : Tapirus terrastris




g.    Deskripsi :
1)    Habitat
Tapir brasil (Tapirus terrastris) hidup di Hutan tropika, hutan kayu kadang dijumpai di perkebunan; di wilayah Burma, dan sebagian besar di brasil.
2)    Morfologi
Tapir Brasil (Tapirus terrastris) memiliki warna bulu yang sama  baik bagian ventral dan dorsal yaitu berwarna hitam. Hewan ini memiliki ukuran tubuh yang besar, karena beratnya saat dewasa lebih dari 5 kg. Kelenjar mamae terletak di bagian pelvis.
3)    Ciri spesifik
Tapir (Tapirus terrastris) merupakan satwa berkuku ganjil seperti kuda dan badak. Tubuhnya berukuran besar, tinggi bahu 75 sampai 120 cm, panjang 180 sampai 250 cm, ekor 5 sampai 10 cm dengan berat badan sampai 300 kg belalainya kuat meskipun tidak begitu panjang, kaki pendek dan tegak. Kulit tertutup mantel rambut agak kasar dan lunak. Tubuh yang pendek, serta leher dan ekor pendek juga dengan belalai menghadap ke depan menjadikan satwa ini nampak lucu jika diperhatikan, khususnya saat berjalan.
4)    Jenis makanan
Di habitat aslinya tapir (Tapirus terrastris) memakan berbagai jenis tumbuhan, yang dimakan seperti daun, akar, ubi-ubian buah dan kadang-kadang dijumpai memakan kulit pohon hal ini dikarenakan giginya bertipe lophodont. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput gajah, daun tanaman keras, sayuran, ketela rambat cacah, dan bekatul dengan berat 10% darl berat badannya.
5)    Perilaku
Tapir (Tapirus terrastris) bersifat soliter, tetapi kadang-kadang hidup berpasangan. Bergerak dengan cepat dan jarang dapat terlihat. Satwa ini mencari pakan pada malam hari. Jika menghadapi predator ia akan menghindar dengan cara menghindarkan diri ke dalam semak belukar atau menenggelamkan dirinya ke dalam air. Jika dalam keadaan terdesak maka ada kemungkinan akan menggigit. Teritorianya dibatasi dengan kotoran atau air kencingnya.
6)    Reproduksi :
Waktu reproduksi Tapir (Tapirus terrastris) tergantung dari tempatnya, musim kawin terjadi pada bulan April hingga Mei. Hewan ini berkembangbiak dengan beranak (Vivipar). Setelah kawin induk tapir bunting selama 390 sampai 395 hari, anak yang dilahirkan 1 ekor dan diasuh hingga 8 bulan. Anak tapir berwarna coklat dengan garis putih melintang.





















4.    a.     Nama lokal    : Kapibara
b.    Nama ilmiah    : Hydrochaeris-hydrochaeris
c.    Nama pengambil data     : 1) Eny Dwi A.     (A 420080178)
                2) Suprapti    (A 420080179)
                3) Andi Saputro    (A 420080180)
                4) Ardiana H.    (A 420080181)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar    
f.     Klasifikasi :   
                Kingdom    : Animalia
    Phyllum    : Chordata
    Sub Phyllum    : Vertebrata
    Classis    : Mammalia
    Ordo    : Rudentia
    Family        : Hidrochaeridae
    Genus    : Hydrochaeris
    Spesies    : Hydrochaeris-hydrochaeris




g.    Deskripsi :
1)    Habitat
Kapibara (Hydrochaeris-hydrochaeris) berhabitat di Padang rumput terbuka, selalu di tepian sungai, juga di habitat lain dari berbagai variasi di dalam hutan tropika basah; di wilayah Amerika Selatan.
2)    Morfologi
Kapibara (Hydrochaeris-hydrochaeris) hanya memiliki satu warna pada tubuhnya yaitu coklat kekuningan atau coklat muda baik pada bagian dorsal maupun ventral. Hewan ini berukuran besar, karena berat tubuhnya setelah dewasa lebih dari 5 kg. Memiliki kelenjar mamae pada bagian pelvis.
3)    Ciri spesifik
Kapibara (Hydrochaeris-hydrochaeris) merupakan kelompok satwa pengerat yang berukuran raksasa, panjang tubuh total100 sampai 130 cm, tinggi tubuh mencapai 50 cm dengan berat badan 50 kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut berwarna coklat tua, moncong memanjang papak (tidak runcing), mempunyai kaki yang berukuran pendek dan berfungsi untuk berenang, nampak tumbuh kumis yang keras berwarna putih, mata berbentuk ellip memanjang dengan posisi horisontal, telinganya tegak berdiri menghadap ke samping berukuran tidak begitu besar berbentuk melingkar. Satwa ini nampak tidak memiliki ekor akan tetapi ternyata memiliki ekor yang sangat pendek.
4)    Jenis makanan
Di habitat aslinya kapibara (Hydrochaeris-hydrochaeris) memakan berbagai jenis tanaman air sebagai sumber pakan kadang juga memakan umbi-umbian. Hewan ini memiliki gigi bertipe lophodont. Di Kebun Binatang Gembira Loka kapibara diberi pakan berupa daun-daunan yang tumbuh di tanah, sayuran, rumput dan ketela, berat pakan yang diberikan kurang lebih 10% dari berat badannya.


5)    Perilaku
Kapibara (Hydrochaeris-hydrochaeris) dalam kegiatannyara (Hydrochaeris-hydrochaeris) dalam kegiatannya aktif dilakukan pada waktu siang hari jika dalam keadaan tidak diburu. Satwa ini akan berkumpul di dalam kelompok kecil yang mana saat pergi untuk mendapatkan pakan. Kapibara mempunyai kemampuan renang yang sangat baik, dengan bagian tubuh berada di bawah permukaan air sedangkan lubang hidung, mata dan telinganya berada di atas permukaan air.
6)    Reproduksi
Kapibara (Hydrochaeris-hydrochaeris) Berkembangbiak dengan beranak (vivipar). Aktivitas kawin dilakukan di dalam air, seperti halnya kuda nil akan tetapi kapibara akan melahirkan di atas tanah setelah bunting selama 4 sampai 5 bulan, anak yang dilahirkan berjumlah 2 sampai 8 ekor.


















5.    a.     Nama lokal    : Nilgai
b.    Nama ilmiah    :  Boselaphus tragocamelus
c.    Nama pengambil data     : 1) Eny Dwi A.     (A 420080178)
                2) Suprapti    (A 420080179)
                3) Andi Saputro    (A 420080180)
                4) Ardiana H.    (A 420080181)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.     Klasifikasi :
                Kingdom    : Animalia   
    Phyllum    : Chordata
    Sub Phyllum    : Vertebrata
    Classis    : Mammalia
    Ordo    : Artiodactyla
    Family        : Bovidae
    Genus    : Boselaphus
    Spesies    : Boselaphus tragocamelus
   



g.    Deskripsi:
1)    Habitat
Nilgai (Boselaphus tragocamelus) menyukai hidup di padang rumput, stepa dan hutan kayu. Hewan ini dapat ditemukan di negara India.
2)    Morfologi
Nilgai (Boselaphus tragocamelus) memiliki warna tubuh yang brbeda antara bagian ventral dan dorsal. Pada bagian ventral berwarna putih sedangkan bagian dorsal berwarna abu-abu pada yang jantan dan coklat pada betina. Nilgai juga mempunyai ciri khusus yaitu pada bagian ujung ekornya berwarna hitam, terdapat bercak putih di bawah mata, ekor dan juga pada pergelangan kaki.  Hewan ini memilki ukuran tubuh yang besar, karena beratnya setelah dewasa lebih dari 5 kg. Kelenjar mamae terletak di bagian pelvis.
3)    Ciri spesifik
Nilgai (Boselaphus tragocamelus) merupakan Satwa yang mirip kuda, tetapi bertanduk ini merupakan anggota keluarga sapi. Berukuran besar, panjang tubuh 180 sampai 200 cm, tinggi bahu 120 sampai 150 cm, panjang ekor 45 sampai 50 cm dengan berat badan 120 sampai 240 kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut, yang jantan berwarna abu-abu dengan bagian tertentu. berwarna hitam seperti pada rambut panjang dibagian leher atas sampai kuduk, janggut bawah dan ujung ekor. Nilgai yang betina berwarna coklat dengan bagian leher atas sampai kuduk, ujung ekor berwarna agak kehitaman. Baik jantan maupun betina terdapat bercak putih  dibawah mata, ekor dalam, kaki dalam dan pergelangan kaki.
4)    Jenis makanan
Di habitat aslinya Nilgai (Boselaphus tragocamelus)  memakan berbagai bagian dari tanaman tertentu seperti ujung-ujung daun, biji, dan juga memakan rumput-rumputan. Hewan ini memiliki gigi bertipe lophodont. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput kolonjono, daun kacang, katul dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat badannya setiap diberikan.
5)    Perilaku
Nilgai (Boselaphus tragocamelus) merupakan jenis Satwa diurnal, hidup dalam kelompok antara 8 sampai 10 ekor  dari dua segmen kelamin. Tempat tinggal kelompok adalah merupakan daerah teritorinya, sebagai daerah istirahat, berkubang dan membuang kotoran. Satwa ini akan berlari kencang jika menghadapi suatu bahaya yang mengancam kehidupan dirinya dari predator-predator yang mendatanginya untuk memangsanya.
6)    Reproduksi
Musim kawin Nilgai (Boselaphus tragocamelus) terjadi dan berakhir pada bulan Maret, kemudian induk akan mengandung dan melahirkan anaknya pada bulan Desember. Hewan ini berkembangbiak dengan beranak (vivipar). Anak yang dilahirkan biasanya akan kembar atau dua ekor.















6.    a.     Nama lokal    : Siamang
b.    Nama ilmiah    :  Hylobates syndactilus
c.    Nama pengambil data     : 1) Eny Dwi A.     (A 420080178)
                2) Suprapti    (A 420080179)
                3) Andi Saputro    (A 420080180)
                4) Ardiana H.    (A 420080181)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :

f.     Klasifikasi :   
                Kingdom    : Animalia
    Phyllum    : Chordata
    Sub Phyllum    : Vertebrata
    Classis    : Mammalia
    Ordo    : Primates
    Family        : Hylobatidae
    Genus    : Hylobates
    Spesies    : Hylobates syndactylus






g.    Deskripsi :   
1)    Habitat
Siamang (Hylobates syndactylus) berhabitat di hutan tropik dari ketinggian 4000 sampai 1200 m dari permukaan laut. Primata jenis ini terdapat di wilayah Sumatera dan Malaysia.
2)    Morfologi
Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis primata yang memiliki warna tubuh hitam baik pada bagian ventral maupun dorsal. Hewan ini memiliki tubuh besar, karena beratnya saat dewasa lebih dari 5 kg. Memiliki kelenjar mamae pada bagian pectoral.
3)    Ciri spesifik
Siamang (Hylobates syndactylus) adalah jenis primata yang berukuran cukup besar dengan ciri-ciri organ tubuh panjang yang mencapai 90 cm dengan berat badan 13 kg hal ini akan memudahkan pergerakan dari ranting yang satu ke ranting yang lain pada pepohonan yang berbuah. Satwa ini mempunyai mantel rambut berwarna hitam kelam tebal dan panjang, rambut-rambu1 di sekitar mata berwarna kemerahan. Di bagian leher sering tampak menggelembung apabila satwa ini mengeluarkan bunyi atau suara seperti bernyanyi dan biasanya saling bersahut-sahutan. Siamang nampak seperti tidak berekor akan tetapi ternyata memiliki ekor sangat pendek.
4)    Jenis makanan
Siamang (Hylobates syndactylus) memiliki gigi bertipe lophodont. Di habitat aslinya Hewan ini  memakan berbagai macam buah-buahan yang dijumpai dilingkungannya dan beberapa daun dari tanaman buah-buahan  serta tumbuhan yang lain. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa sayur-sayuran dan buah-buahan yang ukurannya sesuai dengan berat badannya.
5)    Perilaku
Siamang (Hylobates syndactylus) mampu bergerak dengan cepat menggunakan anggota tubuhnya seperti kedua tangan dan kedua kakinya. Sesekali berteriak-teriak nyaring nampak penuh dengan energi, jika bergerak di atas tanah akan berjalan seperti manusia hanya kedua tangannya terangkat ke atas. Hidup bersama dengan keluarganya dalam suatu kelompok, satwa ini memiliki sifat teritoria yang spesifik.
6)    Reproduksi
Pada Siamang (Hylobates syndactylus) perkawinannya diawali dari yang jantan, lama hubungan intim sekitar 7 bulan. Hewan ini berkembangbiak dengan beranak (Vivipar). Setelah bunting siamang akan melahirkan anak yang jumlahnya 1 ekor, diasuh oleh induknya beberapa bulan dan dibawa kemana saja dengan memeluk perut induk.






























7.    a.     Nama lokal    : Beruang Madu
b.    Nama ilmiah    :  Helarctos malayanus
c.    Nama pengambil data     : 1) Eny Dwi A.     (A 420080178)
                2) Suprapti    (A 420080179)
                3) Andi Saputro    (A 420080180)
                4) Ardiana H.    (A 420080181)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.     Klasifikasi :   
                Kingdom    : Animalia
    Phyllum    : Chordata
    Sub Phyllum    : Vertebrata
    Classis    : Mammalia
    Ordo    : Carnivora
    Family        : Ursidae
    Genus    : Helarctos
    Spesies    : Helarctos malayanus





g.    Deskripsi :   
1)    Habitat
Beruang Madu (Helarctos malayanus) habitatnya di hutan primer atau daerah perkebunan, hutan tropik dan hutan kayu. Hewan ini dapat ditemukan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaysia, Indocina, Cina Selatan dan Myanmar.
2)    Morfologi
Beruang Madu (Helarctos malayanus) memiliki warna tubuh hitam. Hewan ini juga memiliki ciri khusus yaitu pada bagian leher depan nampak rambut-rambut membentuk seperti kalung berwarna putih. Beruang Madu memiliki ukuran tubuh besar, karena beratnya saat dewasa lebih dari 5 kg. Kelenjar mamae terletak di bagian pectoral.
3)    Ciri spesifik
Beruang Madu (Helarctos malayanus) merupakan anggota kelas Carnivora yang berukuran besar, akan tetapi termasuk berukuran kecil jika dibandingkan dengan anggota kelompoknya. Panjang tubuh 100 sampai 140 cm. panjang tungkai 18 sampai 21 cm dan panjang ekor 3 sampai 7 cm serta berat badan 50 sampai 65 kg, tubuhnya tampak kokoh dan lebar, kepala panjang, leher pendek, telinga bulat dan mata relatif kecil. Daya pembaunya tajam, kaki berotot dengan 5 jari yang berkuku meruncing. Tubuhnya tertutup mantel rambut berwarna hitam, rambut lebat, bagian muka berwarna grey dan di bagian leher depan nampak rambut-rambut membentuk seperti kalung berwarna putih.
4)    Jenis makanan
Beruang Madu (Helarctos malayanus) memiliki gigi bertipe Secodont. Di habitat aslinya Hewan ini memakan buah-buahan seperti kelapa, coklat, kopi dan ujung-ujung daun serta memakan daging mammalia, telur burung, serangga, keong dan lain sebagainya. Di Kebun Binatang Gembira Loka beruang madu diberi pakan berupa pepaya, nasi danjuga diberikan daging sebagai penambah kekuatan.

5)    Perilaku
Beruang Madu (Helarctos malayanus) biasa hidup di atas pohon, mernbuat sarang dari potongan ranting dan daun-daunan. Hidup soliter kadang berkelompok dalam jumlah kecil, mencari pakan pada waktu malarn hari bergerak bersama pasangannya dan tidur pada siang hari. Beruang madu adalah pemakan segala, gigi geraharn yang datar mernudahkan untuk mengunyah tumbuh-tumbuhan dan taring yang runcing sebagai alat penyobek daging.
6)    Reproduksi
Beruang Madu (Helarctos malayanus) tidak mernpunyai musirn kawin tetapi perkawinan dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina telah siap kawin. Hewan ini berklembangbiak dengan beranak (Vivipar). Lama bunting 95 sampai 96 hari. anak yang dilahirkan biasanya berjumlah 2 ekor. Anak-anak disusui selama 18 bulan.
























8.    a.     Nama lokal    : Rusa Tutul
b.    Nama ilmiah    :  Axis-axis
c.    Nama pengambil data     : 1) Eny Dwi A.     (A 420080178)
                2) Suprapti    (A 420080179)
                3) Andi Saputro    (A 420080180)
                4) Ardiana H.    (A 420080181)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.     Klasifikasi :   
                Kingdom    : Animalia
    Phyllum    : Chordata
    Sub Phyllum    : Vertebrata
    Classis    : Mammalia
    Ordo    : Artiodactyla
    Family        : Cervidae
    Genus    : Axis
    Spesies    : Axis axis





g.    Deskripsi :   
1)    Habitat
Rusa Tutul (Axis axis) habitatnya berada di hutan muda, hutan kayu, dan tepian sungai. Hewan ini terdapat di wilayah India, Sri Langka dan di introduksikan ke Australia.
2)    Morfologi
Rusa Tutul (Axis axis) memiliki warna tubuh coklat bertutul putih pada bagian dorsalnya dan bagian ujung dorsal terdapat garis hitam, bagian ventralnya berwarna coklat muda. Hewan ini memiliki ukuran tubuh besar, karena saatdewasa beratnya lebih dari 5 kg. Kelenjar mamae terletak pada bagian pelvis.
3)    Ciri spesifik
Rusa tutul (Axis axis) berukuran lebih kecil dari pada ukuran tubuh rusa jawa  dan nampak langsing. Panjang tubuh 91 cm, paniang ekor 20 sampai 30 cm dengan berat badan kurang dari 45 kg, yang jantan mempunyai ronggah bercabang tiga. Satwa ini tubuhnya  tertutup oleh mantel rambut yang berwarna  coklat kemerahan dengan totol-totol berwarna putih, hanya dibagian tertentu seperti bagian dagu, bagian perut dan bagian kaki tidak bertotol. Warna totol-totol tersusun tidak tersebar akan tetapi membentuk seperti garis.
4)    Jenis makanan
Rusa Tutul (Axis axis) memiliki gigi bertipe lophodont. Di habitat aslinya Hewan ini memakan berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, biji dari jenis-jenis tumbuhan tertentu. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput kolonjono dan daun-daunan dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat badanya setiap diberikan.
5)    Perilaku
Rusa Tutul (Axis axis) hidup berkelompok, di dalam kelompoknya terdapat beberapa rusa jantan, rusa betina dan anak-anak. Kelompok rusa dipimpin oleh rusa betina yang paling tua, yang berperan memberikan informasi kepada kelompoknya seperti jika menangkap adanya bahaya maka segera disusul dengan perintah menghindar. Jika dalam keadaan terpaksa karena ancaman maka rusa iantan yang paling kuat yang menghadapinya.
6)    Reproduksi
Perkawinan Rusa Tutul (Axis axis) dilakukan pada bulan Juni sampai Juli. Hewan ini berkembangbiak dengan beranak (Vivipar). Lama  bunting 7 sampai 7,5 bulan, anak-anak yang dilahirkan biasanya 1 ekor dan anak rusa tersebut diasuh oleh induknya hingga anak tersebut mampu mandiri..
































9.    a.     Nama lokal    : Binturong
b.    Nama ilmiah    :  Arctictic binturong
c.    Nama pengambil data     : 1) Eny Dwi A.     (A 420080178)
                2) Suprapti    (A 420080179)
                3) Andi Saputro    (A 420080180)
                4) Ardiana H.    (A 420080181)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.     Klasifikasi :
                Kingdom    : Animalia   
    Phyllum    : Chordata
    Sub Phyllum    : Vertebrata
    Classis    : Mammalia
    Ordo    : Carnivora
    Family        : Viverridae
    Genus    : Arctictic
    Spesies    : Arctictic binturong




g.    Deskripsi :   
1)    Habitat
Binturong (Arctictic binturong) habitatnya di hutan tropika dan sub-tropika dengan susunan semak belukar dari pohon-pohon. Hewan ini terdapat di wilayah Birma, Malaysia, Indocina, Sumatera, Kalimantan dan Pulau Palawan.
2)    Morfologi
Binturong (Arctictic binturong) memiliki warna tubuh hitam baik pada bagian dorsal maupun ventral. Hewan ini memiliki ukuran tubuh yang besar, karena beratnya saat dewasa lebih dari 5 kg. Kelenjar mamae terletak pada bagian abdominal.
3)    Ciri spesifik
Binturong (Arctictic binturong) nampak seperti beruang yang berukuran kerdil hal ini tidak benar karena satwa ini dimasukkan ke dalam kelompok musang, berukuran paling besar dari anggota kelompoknya. Panjang kepala dan tubuh 110 cm, ekor 80 cm dengan berat lubuh sampai 14 kg. Rambutnya tebal panjang, kumal serta kasar, warna rambutnya hitam mengkilap dengan ujung-uiungnya putih nampak seperti uban, kecuali bagian mukanya berwarna abu-abu dan misalnya berwarna putih dan di bagian ujung telinga berwarna putih. Ekor yang panjang dan kuat dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk berpegangan. Anggota tubuhnya berfungsi baik sebagai alat pemanjat namun kelima iari-jarinya tidak berfungsi baik jika di tanah.
4)    Jenis makanan
Lokasi tersedianya pakan yang dikuasai sekelompok binturong (Arctictic binturong) dibatasi oleh tanda dari air kenclngnya yang disebut sebagai teritori,  dapat mencapai luas 100 ha. Hewan ini memiliki gigi bertipe Secodont. Berbagai jenis pakan yang disukai yaitu antara lain serangga, burung, tikus, ikan dan buah-buahan. Di Kebun Blnatang Gembira Loka diberi pakan buah-buahan dan daging dengan kuantitas kira-kira 10% dari berat badannya.
5)    Perilaku
Binturong (Arctictic binturong) hidup diatas pohon hanya sesekali turun ke tanah, mencari pakan pada malam hari, pada siang hari tidur di dalam lubang pohon dengan kepala melipat di bawah lingkaran ekor. Gerakannya lambat mirip gerakan kukang. Ekornya dapat digunakan sebagai alat keseimbangan, penopang tubuh jika sedang bergerak, alat menggantungkan tubuhnya dan dapat dipakai alat membantu memanjat. Pergerakannya yang pasti, jika dalam keadaan terpaksa binturong mampu bergerak dengan cepat di atas dahan atau tanah..
6)    Reproduksi
Masa perkawinan Binturong (Arctictic binturong) terjadi dalam bulan Maret dan April. Hewan ini berkembangbiak dengan beranak (Vivipar). Setelah bunting selama 90 hari satwa ini akan melahirkan anak 1-2 ekor. Anak-anak yang dilahirkan akan diasuh oleh kedua induknya selama 1 tahun. Jika masih kecil yang biasanya berambut tidak selalu diasuh oleh induknya.




















10.    a.     Nama lokal    : Kanguru
b.    Nama ilmiah    :  Thylogale brunii
c.    Nama pengambil data     : 1) Eny Dwi A.     (A 420080178)
                2) Suprapti    (A 420080179)
                3) Andi Saputro    (A 420080180)
                4) Ardiana H.    (A 420080181)
d.    Tempat    : Kebun Binatang Gembira Loka.
e.    Gambar     :
f.     Klasifikasi :   
                Kingdom    : Animalia
    Phyllum    : Chordata
    Sub Phyllum    : Vertebrata
    Classis    : Mammalia
    Ordo    : Marsupialia
    Family        : Macropodidae
    Genus    : Thylogale
    Spesies    : Thylogale brunii





g.    Deskripsi :   
1)    Habitat
Kanguru (Thylogale brunii) hidup di daerah perkebunan, semak belukar rendah, rumput tinggi. Hewan ini terdapat di wilayah Irian Jaya, Papua Nugini dan Aru.
2)    Morfologi
Kanguru (Thylogale brunii) memiliki warna tubuh coklat tua pada bagian dorsal dan coklat muda pada bagian ventral. Hewan ini memiliki ukuran tubuh besar, karena saat dewasa beratnya lebih dari 5 kg. Kelenjar mamae terletak di bagian abdomen.
3)    Ciri spesifik
Kanguru (Thylogale brunii) nampak seperti tikus raksasa namun demikian jika  diperhatikan mempunyai ciri-ciri yang menarik yaitu antara lain, tubuhnya tertutup  mantel rambut berwarna abu-abu sedikit kecoklatan, beberapa bagian nampak lebih terang seperti pada leher bawah sampai anus dan ujung ekor, kepala  nampak runcing dengan telinga tegak. Kaki belakang yang lebih panjang dan kuat menjadikan satwa ini mengfungsikan untuk bergerak, sedang kaki depan lebih banyak berfungsi sebagai tangan. Ciri lain yang sangat menonjol adalah mempunyai kantung dibagian perut untuk mengasuh dan menyembunyikan  anaknya. Ukuran panjang tubuh 60 cm dan berat 6 kg.
4)    Jenis makanan
Kanguru (Thylogale brunii) memiliki gigi bertipe lophodont. Di habitat aslinya Hewan ini  mendapatkan makan pada siang hari dengan cara merumput, bagian dari tanaman yang dimakan selalu tunas dan daun. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa ketela rambat, sayuran seperti wortel, kangkung dengan kuantitas kurang lebih 10% dari berat badannya.
5)    Perilaku
Kanguru (Thylogale brunii) hidup di dalam kelompok besar, dengan struktur komplit  ada generasi tua, muda  dan anak-anak. Pergantian jantan yang paling kuat selalu tejadi saat muslm kawin tiba yaitu diawail dengan perkelahian. Kelompok satwa ini dipimpin oleh betina yang paling tua, peran pemimpin pada kelompok ini adalah memberi aba-aba disaat ada bahaya yang mengancam kelompok mereka atau dalam keadaan normal kembali.
6)    Reproduksi
Musim kawin Kanguru (Thylogale brunii) diramaikan dengan perkelahian pejantan, lama bunting 29 sampai 38 hari. Hewan ini berkembangbiak dengan beranak (Vivipar). Kemudian akan melahirkan anak pada bulan Januari, Pebruari dan Juli. Anak yang dilahirkan sebesar kelingking jari manusia dan selalu 1 ekor akan disusui hingga anaknya  tumbuh mandiri.



























BAB IV
PEMBAHASAN

Sistematika merupakan salah satu cabang biologi yang membahas tentang klasifikasi atau penggolongan makhluk hidup yang mencakup keanekaragaman makhluk hidup dalam konteks evolusionir, yang meliputi taksonomi dan filogeni. Dalam taksonomi sendiri mencakup identifikasi, klasifikasi, dan tata nama. Klasifikasi merupakan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan-persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, daerah penyebaran, dan genetis. Tujuan dariklasifikasi itu sendiri adalah:
1.    Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis agar mudah dikenal.
2.    Mengelompokan makhluk hidup berdasarkan  persamaan ciri.
3.    Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup.
4.    Mempelajari evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.
Selain itu Klasifikasi juga memiliki manfaat yang penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan diantaranya yaitu untuk mempermudah dalam mempelajariorganisme yang beraneka ragam dan untuk melihat hubungan kekerabatan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Jadi Sistematika Hewan Vertebrata merupakan sebuah ilmu yang menguraikan aspek-aspek yang berhubungan dengan dasar-dasar pengklasifikasian, taksonomi, atau penamaan.
Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata. Chordata adalah hewan yang mempunyai tali sumbu tubuh. Tali itu pada umumnya hanya terlihat pada masa embrio. Pada vertebrata, tali itu berangsur-angsur berubah menjadi ruas-ruas tulang belakang atau vertebra. Hewan-hewan yang mempunyai tulang belakang itulah yang termasuk dalam subfilum vertebrata. Subfilum vertebrata dibagi menjadi lima kelas, yaitu : ikan (pisces), amfibi (amphibia), hewan melata (reptilia), unggas atau burung (aves) dan hewan menyusui (mammalia). Vertebrata memiliki sistem otot yang banyak terdiri dari pasangan masa, dan juga sistem saraf pusat yang biasanya terletak di dalam tulang belakang. Sistem respirasi menggunakan insang atau paru-paru. Tubuh terbagi atas kepala (Caput), leher (Cervix), badan (Trunchus), dan ekor (Cauda). Pada Praktikum Kerja Lapangan kali ini akan membahas tentang Aves dan Mamalia yang dilakukan di Kebun Binatang Gembira Loka yogyakarta.
Aves merupakan hewan yang paling dikenal orang, hal ini karena hewan jenis ini dapat dilihat dimana-mana. Aves atau kebanyakan orang menyebutnya burung merupakan hewan yang aktif pada siang hari dan unik dalam hal memiliki bulu tubuh, karena pada tiap jenis aves memiliki warna bulu yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Dengan bulu tersebut tubuh aves dapat mengatur suhu tubuh dan terbang. Karena kemampuan terbang inilah aves mampu menjelajah dan mendiami semua habitat. Warna dan suara beberapa aves merupakan daya tarik mata dan telinga manusia. Banyak diantaranya memiliki arti penting dalam ekonomi, sebagian lagi merupakan sumber makanan dan protein, dan beberapa diantaranya diternakan. Kata Aves sendiri berasal dari bahasa latin yang dipakai sebagai nama klas, Ornis dari kata Yunani yang dipakai                                          sebagai dalam “Ornithology” berararti ilmu yang mempelajari burun-burung.
Aves memiliki ciri yang kusus dibandingkan dengan hewan lain, diantaranya: Tubuh terbungkus oleh bulu. Mempunyai 2 pasang alat gearak (ekstreamitas), anterior memiliki sepasang ekstreamitas yang mengalami modifikasi sebagai sayap, sedangkan sepasang ekstreamitas posterior disesuaikan dengan fungsinya yaitu untuk hinggap atau bertengger dan yang fungsinya untuk berenang memilki selaput. Skeleton kecil, kuat, dan sempurna, pada mulut terdapat bagian yang terproyeksi sebagai paruh  yang terbungkus oleh lapisan zat tanduk. Cor terdiri atas 4 ruangan yaitu 2 auricula dan 2 ventricula. Respirasi dengan paru-paru yang kompak dan menempel pada costae dan berhubungan dengan kantung udara (saccus pneumaticus) yang meluas pada alat-alat dalam dan juga memiliki kotak suara (syrinx) pada dasar trachea. Tidak memiliki vesica urinaria, zat-zat ekskresinya setengah padat, pada hewan betina biasanya hanya memiliki ovarium kiri dan oviduct kiri. Memiliki 12 nervi cranalis. Suhu tubuh tetap (homotermis). Fertilisasi terjadi didalam tubuh, telur memiliki yolk besar terbungkus oleh cangkok yamg keras.
Tubuh aves dibedakan atas kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus), dan ekor (cauda). Sepasang ekstreamitas anterior yang termodifikasi menjadi sayap (ala) yang terlipat seperti huruf Z saat tidak terbang, sepasang ekstreamitas posterior berupa kaki yang dilengkapi dengan otot daging paha yang kuat pada bagian bawahnya bersisik dan bercakar. Mulut berupa paruh (rostrum) yang terbentuk dari maxilla pada bagian atas dan mandibula pada bagian bawah, pada atap paruh atas terdapat lubang hidung (nares interna pada bagian dalam dan nares externa pada bagian luar). Mata (organon visus) besar dan terletak pada bagian lateral kepala dengan kelopak mata yang berbulu, pada sudut medial terdapat membrana nictitan. Dibelakang agak bawah dari tiap-tiap mata terdapat lubang telinga (membran tympani) yang tersembunyi dibawah bulu khusus.
Tubuh aves dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tidak melekat pada otot. Dari kulit akan muncul bulu yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh yang resisten. Berdasarkan susunan anatomonya bulu dibagi menjadi 3 macam: Filoplumae merupakan rambut yang ujungnya bercabang-cabang pendek halus (hair feather). Plumulae merupakan bulu yang bentuknya hampir sama dengan filoplumulae dengan perbedaan di tailnya (down feather). Plumae merupakan bulu yang sempurna (countour feather). Berdasarkan letaknya bulu digolongkan menjadi Tetrices yaitu bulu yang menutupi badan. Rectrices merupakan bulu yang berpangkal pada ekor vexillumnya simetris karena berfungsi sebagai kemudi. Remiges merupakan bulu yang terdapat pada sayap bulu jenis ini dibagi lagi menjadi Remiges primariae yang melekatnya secara digital pada digital dan secara metacarpal pada metacarpal, Remiges secundariae yang melekatnya secara cubital pada radial ulna. Parapterum merupakan bulu yang menutupi daerah bahu. Ala spuria merupakan bulu kecil yang menempel pada ibu jari (poluk).
Bulu berfungsi untuk membungkus tubuh, menjaga suhu badan dan untuk terbang. Warna bulu disebabkan oleh adanya substansi kimia dan elemen- elemen fisik. Warna bulu yang disebabkan oleh substansi kimia adalah adanya pigmen biochrome yang menyerap dan memantulkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Warna- warna yang ditimbulkan adalah merah, jingga, kuning, hitam, kelabu coklat dan hijau. Warna-warna yang disebabkan oleh adanya elemen- elemen fisik adalah putih, biru, dan gemerlapan. Kegunaan warna bulu adalah untuk membaurkan tubuh dengan lingkungan, untuk mengelabuhi predator dan untuk menarik pasangan.
Pada Praktikum Kerja Lapangan (PKL) ini kami mengamati 5 jenis spesies burung yang masing-masing diperoleh dari Kebun Binatang Gembira Loka diantaranya Pelikan (Pelecanus conspicillatus), Merak hijau (Pavo miticus), Julung emas (Aceros undulatus), Elang bodol (Haliastus indus), Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius). Berdasarkan jenis bulunya semua jenis burung yang diamati berbulu menyeluruh, artinya bulunya menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan kakinya.
Jenis Aves yang diamati pada Praktikum Kerja Lapangan berasal dari 5 ordo yang berbeda diantaranya yaitu: Pelecaniformes, Anggotanya berukuran besar hingga sangat besar , habitatnya di akuatik penuh dan makanannya didapatkan di air. Plumage bervariasi , tetapi ketiga famili umumnnya didominasi oleh warna hitam yang lainnya berwarna sama dengan sayap yaitu hitam. Paruh besar hingga sangat besar tetapi setiap famili memiliki bentuk paruh yang berbeda . Kaki pendek dan letaknya agak ke belakang, empat jari disatukan oleh selaput , Hallux juga dipersatukan oleh selaput jari yang tidak terdapat pada burung aktuatik lainnya. Sayap panjang dan lancip , kuat untuk terbang. Sarang berukuran besar terbuat dari ranting pepohonan dibuat di atas pohon beberapa diantaranya membuat sarang di atas tanah. Bertelur 1-8 butir berwarna biru pucat. waktu menetas tidak berbulu atau berbulu ,cenderung di asuh oleh kedua induknya. Contoh dari ordo ini adalah  Pelikan (Pelecanus conspicillatus).
Ordo yang kedua yaitu Galiiformes ciri-cirinya Ukuran bervariasi dari 13 cm hingga lebih dari 1 m. Plumage bervariasi. Beberapa diantaranya menunjukkan sexual dimorfisme (kuwau dan merak). Paruh tidak terlalu kuat dan agak melengkung. Kaki kuat, jari depan mempunyai cakar,jari belakang agak kecil dan mencuat ke atas, kadang-kadang terdapat jari khusus (taji) pada jantan. Sayap relatif pendek,dapat terbang untuk jarak pendek biasanya hanya untuk menghidari musuhnya. Sarang dibuat di atas tanah,ada megapodidae yang menguburkan telurnya hingga menetas, penetasannya tergantung pada panas bumi atau sinar matahari. Anak-anaknya precocial,dapat mencari makan segera setelah menetas. Contoh dari ordo ini adalah Merak Hijau (Pavo muticus).
Ordo yang ketiga yaitu Coraciiformes. Semua anggota ordo ini  bersifat arboreal,ukurannya bervariasi dari sangat kecil hingga besar (10-160 cm). Plumage berwarna cerah,meskipun ada diantaranya berwarna hitam putih. Hanya sedikit yang berwarna suram. Paruh kuat dan berwarna cerah, tetapi berbeda dalam bentuk dan ukuran pada setiap sub ordo. Kaki umumnya pendek dan lemah,beberapa famili memiliki jari yang syndactylous. Bersarang di lubang pohon atau di tepi sungai yang seringkali digali atau diperbesar oleh burung itu sendiri. Telur berjumlah 3-4 butir berwarna putih,tetapi ada dua famili yang memilki telur berwarna polos pucat. Anak-anaknya altricial dan cenderung diasuh oleh kedua induknya. Contoh dari ordo ini adalah Julung emas                    (Aceros undulatus).
Ordo yang keempat yaitu Falconiformes. Angotanya adalah predator diurnal yang ukurannya berkisar dari yang kecil(falconets) hingga yang sangat besar (elang dan burung pemangsa). Plumage bervariasi, tetapi biasanya campuran antara warna kelabu dan coklat di bagian atas, dan hampir putih di bagian bawah. Biasanya bergaris-garis atau polos. Paruh pendek, kuat dan ujungnya melengkung. Kaki-kakinya kuat, berukuran sedang hingga panjang, dan masing-masing mempunyai 4 jari dengan cakar yang kuat dan melengkung untuk mencengkeram mangsa. Sayap bervariasi bentuknya, tetapi biasanya kuat terbang dan umumnya dapat terbang cepat. Beberapa spesies dapat terbang melayang dan berputar-putar. Sarang terbuat dari ranting-ranting biasanya di pohon, celah karang atau di atas tanah, jumlah telur 1-6 biasanya 2-3 butir, berwarna putih kotor, pada beberapa spesies telurnya agak kecoklatan. Perkembangan anaknya lambat dan diasuh oleh kedua induknya. Contoh dari ordo ini adalah Elang bodol (Haliastus indus).
Ordo yang kelima yaitu Struthioniformes Sayap berkembang dengan baik untuk ukuran ratitae dan memiliki 16 primaries. Meski tak dapat digunakan untuk terbang namun dapat membantu waktu berlari kaki sangat kuat, hanya memiliki dua jari yaitu jari ke III dan ke IV, jari Ke III panjang dan bercakar, jari ke IV agak pendek dan tak bercakar. Ekor memiliki lebih dari 60 bulu yang tersusun berlapis-lapis daan hanya 14 yang benar-benar termasuk bulu ekor (rectrices). Contoh dari ordo ini adalah Kasuari (Casuarius casuariu).
Berdasarkan jenis paruhnya kelima burung ini memiliki bentuk paruh yang berbeda-beda hal ini didasarkan pada jenis makanannya. Paruh panjang yaitu apabila panjang paruhnya melebihi panjang kepala contohnya pada Pelikan (Pelecanus conspicillatus), yang memiliki paruh pnjang lurus dan berkantung, hal ini karena makanan pelikan berupa ikan-ikan. Dengan bentuk paruhnya yang dapat membentuk jala ini memungkinkan pelikan untuk menangkap ikan dalam air. Julung emas (Aceros undulatus) juga memiliki paruh yang panjang besar dan runcing. Paruh pendek yaitu panjang paruhnya lebuh pendek daripada panjang kepala misalnya pada Merak Hijau (Pavo muticus) dan Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius) hal ini berkaitan dengan jenis makanan yang menjadi sumber makanannya yaitu berupa biji-bijian, tumbuh-tumbuhan, dan buah. Paruh berkait yaitu bila bagian atas lebih panjang serat melengkung menutupi bagian bawah dan membentuk bangunan seperti kait, misalnya pada Elang Bondol (Haliatur indus)
Pada umumnya semua jenis burung ini memiliki sayap yang panjang yaitu ukuran dari bengkokan keduan sampai keujung lebih panjang dari pada badannya. Spesies burung yang memiliki sayap pendek hanyalah pada Kasuari (Casuarius casuarius) yaitu memiliki sayap panjangnya antara bengkokan kedua sampai ujung sayap lebih pendek daripada badannya, karena hal inilah maka Kasuari tidak memiliki kemampuan terbang karena sayapnya mengalani rudimeter.
Tipe kaki dibagi menjadi tiga, yaitu tipe bertengger, tipe berjalan dan tipe berenang. Tipe bertengger dibagi menjadi dua, yaitu passerine dan zigodactyla. Dikatakan passerine apabila halux melekat datar dengan jari- jari lain, dikatakan zigodactyla apabila memilki dua jari ke depan dan dua jari yang lain ke belakang. Dikatakn tipe berjalan apabila halux terangkat sehingga keudukan lebih tinggi daripada yang lain. Tipe berenang dibedakan menjadi dua macam yaitu palmate dan totipalmata. Dikatakan palmate apabila tiga jari ke daepan dihubungkan oleh selaput jari ke satu bebas. Dikatakan totipalmata apabila keempat jari dihubungkan oleh selaput yang halus. Yang termasuk tipe petengger passerine Julung emas, Elang bondol, Merak hijau. Sedangkan yang bertipe berenang palmata adalah Julang Emas, Elang Bondol, dan pelikan. Yang memiliki tipe kaki pejalan pada Kasuari dan Merak hijau.
Kebanyakan burung memiliki jumlah jari 4 dengan susunan yang berbeda, tapi juga ada yang memiliki jari 5. Julung Emas (Aceros undulatus) memiliki jumlah jari 4 (3 depan , 1 belakang), cakarnya runcing melengkung hal ini berkaitan dengan fungsi kakinya untuk bertengger. Elang bondol       (Haliastur indus)  memiliki jari 4 (3 depan, 1 belakang) cakarnya runcing melengkung fungsi kakinya untuk bertengger dan mencengkeram mangsa. Kasuari (Casuarius casuarius) memiliki jari 4 (3 depan, 1 belakang) cakarnya tumpul lurus, karena morfologinya ini maka kaki kasuari hanya berfungsi untuk berjalan. Pelikan (Pelecanus conspicillatus) memiliki jari 4 (3 depan, 1 belakang) dan berselaput, cakarnya rucing lurus. Adanya selaput ini memungkinkan fungsi kaki pelikan untuk berenang. Merak Hijau (Pavo muticus) memiliki jari 5 (3 depan, 1 belakang, dan 1 terangkat) 1 jari yang teranngkat ini biasa disebut taji. Merak hijau memiliki cakar yang runcing melengkung untuk mengais makanan di semak-semak, fungsi utama kakinya untuk berjalan dan bertenggar.
Berdasarka jenis makanannya Aves dapat digolongkan dalam 3 golongan diantaranya yaitu: pemakan tumbuhan dan buah-buahan (Herbivora), Pemakan Daging (Karnivora), dan pemakan daging dan buah-buahan (Omnovora). Hewan yang termasuk Herbivora yaitu Merak hijau (Pavo miticus) dan Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius). Hewan yang termasuk Karnivora yaitu Pelikan (Pelecanus conspicillatus) dan Elang bodol (Haliastus indus). Hewan yang termasuk golongan Omnivora yaitu Julung emas (Aceros undulatus).
Ekor burung memiliki ciri tersendiri, panjang dan pendeknya ekor berbeda-beda dan menunjukkan ciri yang spesifik. Ekor panjang apabila panjang ekor melebihi badan misalnya pada Merak Hijau (Pavo muticus), Elang bondol (Haliastur indus), dan Julung emas (Antoceros undulatus). Ekor dikatakan pendek apabila panjang ekor lebih pendek daripada badan misalnya pada Pelikan (Pelecanus conspicillatus) dan Kasuari (Casuarius casuarius).
Classis yang kedua yaitu mamalia. Mamalia merupakan salah satu dari kelas vertebrata yang memiliki sifat homoitherm (berdarah panas). Ciri khas mamalia, yakni mempunyai kelenjar susu, melahirkan anak serta memiliki rambut. Mamalia hidup di berbagai habitat mulai dari kutub sampai daerah equator dari dasar laut sampai utan lebat dan gurun pasir. Cirri dari mamalia tubuhnya diliputi bulu atau rambut yag lepas secara periodic. Kulit mengandung kelenjar, aitu kelenjar sebacius, keringat, baud an susu. Cranium atau tulang tempurung kepala memiliki 2 occipitale condyle, vertebrae leher erdiri dari 7 ruas, ekor panjang dan dapat digerak- gerakkan. Regionalis (bagian dari hidung umunya siindris, mulut mengandung gigi yang tertanam daam kantong (alviola). Memiliki 4 kaki, memiliki jantung sempurna, pernafasan hanya dengan pulmo (paru- paru), larynx mempunyai tali suara, memiliki musculus diaphragmaticus yang sempurna memisahkan vesica urinaria, memiliki 12 nervi cranialis, otak berkembang baik. Suhu tubuh yang tetp (homoiotherm). Hewan jantan memiliki alat kopulasi berupa penis, testis. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh.
Mamalia memiliki pola warna yang dibedakan atas warna bagian dorsal dan warna bagian ventral, pola warna tersebut berbeda antara pesies satu dengan yang lainnya. Selain itu sebagian mamalia memiliki pola warna tertentu pada tubuhnya, pola warna itu tersusun belang- belang, bercak- bercak atau bintik- bintik. Pola warna bagian ekor juga sangat penting untuk dijadikan dasar identifikasi dan pengenalan bagi hewan yang bersangkutan. Ekor sering mempunyai dua warnayang susunannya berbeda- beda, misalnya satu warna di bagian dorsal dan warna yang lain di bagian ventral.
Pada Praktikum Kerja Lapangan ini didapatkan 10 spesies Mamalia diantaranya yaitu Lutung merah (Presbytis cristata), Banteng (Bos sondaicus), Tapir brasil (Tapirus terrastris), Kapibara (Hydrochaeris hydrochaeris), Nilgai (Boselaphus tragocamelus), Siamang (Hylobates sydactylus), Beruang madu (Helarctos malayanus), Rusa tutul (Axis axis), Binturong (Arctictic binturong), Kanguru (Thylogale brunii). Tiap spesies mamalia ini memiliki karakteristik yang khas yang membedakan antara spesies yang satu dengan yang lainnya.
Pada Praktikum Kerja Lapangan ini didapatkan 10 Species yang berasal dari 6 species yang berbeda, diantaranya yaitu: Ordo Primates. Ciri dari ordo ini adalah jari-jari berkuku. Arboreal atau terrestrial, dan diurnal. Ada sepasang glandula mammae yang terletak pectoral (pada dinding ventral thorax). Rumus gigi : I 2/2 C 1/1 P 2/2 M 3/3. Nares menunjuk ke bawah, jarak antara kedua nares kecil. Sering dengan kandung pipi. Ada ekor, tidak untuk memegang. Kulit pada bokong mengalami cornifikasi yang tebal disebut belulang duduk. Moncong agak menonjol dan menyerupai moncong anjing. Contoh dari ordo ini adalah Lutung merah (Presbytis cristata) dan Siamang (Hylobates sydactylus).
Ordo yang kedua yaitu Artiodactyla  dengan ciri memiliki ukuran tubuh bermacam-macam, kaki panjang, pada tiap-tiap kaki terdapat 2-4 jari yang masing-masing dibungkus oleh teracak zat tanduk. Sebagian besar pada kepalanya terdapat tanduk atau cula, kecuali pada babi. Giginya tereduksi, dan lambungnya terdiri atas 4 bagian. Contoh dari ordo ini adalah Banteng (Bos sondaicus), Nilgai (Boselaphus tragocamelus), Rusa tutul (Axis axis).
Ordo yang ketiga adalah Perissodactyla memiliki ciri ukuran besar, kaki panjang dengan teracak tunggal, dan memiliki lambung sederhana. Contoh dari ordo ini adalah Tapir brasil (Tapirus terrastris).
Ordo yang keempat adalah Rodentia yang memiliki ciri Tubuh kecil, beranggota badan berjari 5 dan berkuku. Berbentuk seperti pahat dan tumbuh terus. Incicivi 1/1 X 2, tidak bercani, premolar 2/1, molar 3/3 tapi kadang 2/2. Contoh dari ordo ini adalah Kapibara (Hydrochaeris hydrochaeris).
Ordo yang kelima adalah Carnivora yang memiliki ciri Ada linea jari, semuanya dengan cakar. radius, ulna, tibia, fibula lengkap terpisah. Dentes incisivi kecil, biasanya 3 buah pada tiap belah rahang. Dentes canini ada, langsing dan panjan. Plasenta zonalis, plasenta melingkari chorion. Contoh dari ordo ini adalah Beruang madu (Helarctos malayanus) dan Binturong (Arctictic binturong).
Ordo yang keenam yaitu Marsupialia yang memiliki ciri dengan rumus gigi : I 3/3 C 0/0 PM 5/5. Betina memiliki marsupium, kandungan di dinding perut yang menutupi papilla mammae. Tidak terjadi plasenta. Fertilisasi ovum intern : perkembangan ovum di dalam uterus, tetapi sebelum perkembangan selesai, fetus keluar dan masuk marsupium, dengan mulut ia melekat pada satu papilla mammae dan tetap demikian sampai perkembangannya selesai. Contoh dari ordo ini adalah Kanguru (Thylogale brunii).
Tiap spesies mamalia memiliki corak warna yang berbeda-beda hal ini dapat kita lihat misalnya pada Lutung merah (Presbytis cristata) yang memiliki warna pirang. Banteng (Bos sondaicus) pada dorsal berwarna coklat kemerahan dan bagian ventral berwarna coklat. Tapir brasil (Tapirus terrastris) berwarna hitam. Kapibara (Hydrochaeris hydrochaeris) berwarna coklat kekuningan atau coklat muda.  Nilgai (Boselaphus tragocamelus) dorsal untuk yang jantan berwarna abu-abu sedangkan yang betina berwarna coklat dan pada bagian ventralnya sama-sama berwarna putih. Ciri lain dari Nilgai yaitu pada ujung ekornya berwarna hitam, dan adanya bercak putih dibawah mata, ekor dalam dan pergelangan kaki. Siamang (Hylobates sydactylus) berwarna hitam. Beruang madu (Helarctos malayanus) berwarna hitam dan pada bagian leher depan terdapat bercak putih yang seperti kalung. Rusa tutul (Axis axis) bagian dorsal berwarna coklat bertutul putih dan bagian ujung dorsal bergaris hitam sedangkan bagian ventral berwarna coklat muda. Binturong (Arctictic binturong) berwarna hitam. Kanguru (Thylogale brunii) bagian dorsal berwarna coklat agak tua dan bagian ventral berwarna coklat muda.
Hewan yang memiliki kekerabatan yang lebih dekat memiliki pola warna yang mirip bahkan sama persis, maka hal inilah salah satu ciri yang dijadikan dasar dalam identifikasi spesies. Ciri ini dapat kita lihat antara binturong (Arctictic binturong)  dan Beruang madu (Helarctos malayanus) yang memiliki persamaan warna bahkan memiliki ciri morfologi yang hampir sama. Jadi dapat dikatakan kedua spesies ini merupakan hewan yang memiliki tingkat kekerabatan yang paling tinggi.
Berdasarkan ukuran tubuhnya mamalia dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu ukuran tubuh Besar dan ukuran tubuh kecil. Mamalia dikatakan memiliki ukuran tubuh yang besar apabila saat dewasa memiliki berat yang melebihi 5 kg. Sedangkan ukuran tubuh kecil yaitu apabila berat badannya saat dewasa kurang dari 5 kg. Berdasarkan hasil pengamatan semua jenis mamalia yang diteliti memiliki ukuran tubuh yang besar, karena beratnya saat dewasa lebih dari 5 kg.
Berdasarkan jenis makanannya, hewan dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu hewan pemakan tumbuhan (herbivora), hewan pemakan daging (karnivora), dan hewan pemakan keduanya, daging dan tumbuhan (omnivora). Dari hasil pengamatan pada saat praktikum, hewan yang diamati juga termasuk ke dalam tiga golongan hewan di atas. Hewan yang termasuk golongan pemakan tumbuan (herbivora) adalah Lutung merah (Presbytis cristata), Banteng          (Bos sondaicus), Tapir brasil (Tapirus terrastris), Kapibara               (Hydrochaeris hydrochaeris), Nilgai (Boselaphus tragocamelus), Siamang (Hylobates sydactylus), Rusa tutul (Axis axis), Kanguru (Thylogale brunii) kelimpok hewan ini memiliki gigi bertipe lophodont. Mamalia yang termasuk dalam golongan pemakan daging (Carnivora) yaitu Binturong                  (Arctictic binturong) yang memiliki gigi bertipe Secodont. Sedangkan yang memakan daging dan tumbuhan (omnivora) adalah Beruang madu            (Helarctos malayanus) yang memiliki gigi bertipe bonodont.
Ciri utama yang dimiliki mamalia adalah adanya glandula mamae. Glandula mamae sangat penting dalam menentukan identifikasi suatu spesies. Glandula mamae biasanya tersusun berpasangan, terletak di daerah pectoral atau pelvis atau terbagi dalam dua kelompok di daerah pelvis atau berderet-deret memanjang dari pectoral sampai pelvis. Dari hasil pengamatan pada saat praktikum, didapatkan hasil bahwa hewan yang termasuk memiliki glandula mamae pada bagian pectoral adalah Lutung merah (Presbytis cristata), Siamang (Hylobates sydactylus), dan Beruang madu (Helarctos malayanus). Hewan yang termasuk memiliki glandula mamae pada bagian pelvis diantaranya adalah Banteng (Bos sondaicus), Tapir brasil (Tapirus terrastris), Kapibara (Hydrochaeris hydrochaeris), Nilgai (Boselaphus tragocamelus), dan Rusa tutul (Axis axis). Hewan yang memeiliki glandula mamae pada bagian abdominal adalah Binturong (Arctictic binturong), Kanguru (Thylogale brunii).
Habitat adalah suatu tempat dimana hewan tersebut melangsungkan hidupnya, habitat mamalia diantaranya adalah di hutan, ada yang hidup di air (berkubang) dan ada yang hidup di daratan ataupun di pohon- pohon. Adanya bentuk morfologi antara hewan yang satu dengan yang lainnya ini dikarenakan perbedaan habitat dan keadaan lingkungan lain yang mendukung kehidupan hewan tersebut.






















BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.    Klasifikasi merupakan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan-persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, daerah penyebaran, dan genetis.
2.    Vertebrata merupakan subphylum dari Chordata. Chordata adalah hewan yang mempunyai tali sumbu tubuh. Tali itu pada umumnya hanya terlihat pada masa embrio. Pada vertebrata, tali itu berangsur-angsur berubah menjadi ruas-ruas tulang belakang atau vertebra.
3.    Aves merupakan hewan yang paling dikenal orang, hal ini karena hewan jenis ini dapat dilihat dimana-mana. Aves memiliki ciri yang kusus dibandingkan dengan hewan lain, diantaranya: Tubuh terbungkus oleh bulu. Mempunyai 2 pasang alat gerak (ekstreamitas), anterior memiliki sepasang ekstreamitas yang mengalami modifikasi sebagai sayap, sedangkan sepasang ekstreamitas posterior disesuaikan dengan fungsinya
4.    Pada Praktikum Kerja Lapangan (PKL) ini kami mengamati 5 jenis spesies burung yang masing-masing diperoleh dari Kebun Binatang Gembira Loka diantaranya Pelikan (Pelecanus conspicillatus), Merak hijau (Pavo miticus), Julung emas (Aceros undulatus), Elang bodol (Haliastus indus), Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius).
5.    Pada Praktikum Kerja Lapangan ini didapatkan 5 species dengan 5 ordo yang berbeda yaitu:  1. Ordo Pelecaniformes : Burung Pelikan (Pelecanus conspicilatus). 2. Ordo Galiiformes : Burung Merak Hijau (Pavo muticus). 3. Ordo Coraciiformes : Burung Julang Emas (Aceros undulatus). 4. Ordo Falconiformes : Burung Elang Bondol (Haliastur indus). 5. Ordo Strathioniformes : Burung Kasuari Gelambir Dua (Casuarius casuarius).
6.    Mamalia merupakan salah satu dari kelas vertebrata yang memiliki sifat homoitherm (berdarah panas). Ciri khas mamalia, yakni mempunyai kelenjar susu, melahirkan anak serta memiliki rambut.
7.    Pada Praktikum Kerja Lapangan ini didapatkan 10 spesies Mamalia diantaranya yaitu Lutung merah (Presbytis cristata), Banteng             (Bos sondaicus), Tapir brasil (Tapirus terrastris), Kapibara (Hydrochaeris hydrochaeris), Nilgai (Boselaphus tragocamelus), Siamang (Hylobates sydactylus), Beruang madu (Helarctos malayanus), Rusa tutul (Axis axis), Binturong (Arctictic binturong), Kanguru (Thylogale brunii).
8.    Pada Praktikum Kerja Lapangan ini didapatkan 10 species dengan 6 ordo yang berbeda yaitu: 1. Ordo Primates : Lutung Merah (Presbytis cristata) dan Siamang (Hylobates syndactylus). 2. Ordo Artiodactyla : Banteng (Bos sondaicus), Nilgai (Boselaphus tragocamelus), dan Rusa Tutul (Axis axis). 3. Ordo Perissodactyla : Tapir Brasil (Tapirus terrastris). 4. Ordo Rudentia : Kapibara (Hydrochaeris hydrochseris). 5. Ordo Carnofora : Beruang Madu (Helarctos malayanus) dan Binturong (Ractictic binturong). 6. Ordo Marsupialia : Kanguru (Thylogale brunii)
9.    Dasar pengklasifikasian aves dapat dilihat dari ciri- ciri morfologinya yaitu bulu, paruh, sayap, jari, cakar, kaki dan ekornya.
10.    Dasar pengklasifikasian mamalia dapat dilihat dari pola warna tubuh, ukuran tubuh dan letak glandula mamalianya.

B.    SARAN
Dalam proses pengambilan data antara objek yang satu dengan yang lainnya terlalu cepat dan sehingga data foto yang dihasilkan kurang memuaskan, dan kami pun merasa capek karena perpindahannya terlalu cepat. Kami harapkan pada PKL berikutnya dalam hal waktu supaya ditambah durasinya sehingga dalam hal pengambilan data akan diperoleh hasil yang maksimal. Selain itu sebaiknya tiap asisten mendampingi 2-3 kelompok saja dalam pengambilan data agar saat mengambil foto tidak berdesakan agar foto yang dihasilkan memenuhi syarat untuk diidentifikasi.


DAFTAR PUSTAKA


Ali, Iqbal. 2008. Aves Bulu Burung, (http://iqbalali.com/2008/10/07/Aves-bulu-burung/an.diakses, Rabu, 2 Desember 2009, jam 11.15 WIB).
Brotowidjoyo, Mukayat. 1994. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Campbell. 2004. Biologi Jilid 2 edisi 5. Erlangga: Jakarta.

Djarubito, Mukayat.1990. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta.

Djuanda, Tatang. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Armico: Bandung.

Hegner, Robert. 1997. Zoologi Invertebrata dan Vertebrata. UGM Press : Yogyakarta.

Ismu, Suwelo. 2009. Konservasi Darat Flora dan Fauna, (http://www.iwf.or.id/mkl Ismu.html.diakses, Minggu, 22 November 2009, jam 17.05 WIB).

Jasin, Maskoeri. 1989. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya: Surabaya.

Kimball, John. 1990. Biologi. Erlangga. Jakarta.
       
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Erlangga. Jakarta.
(http://iqbalali.com/2008/10/07/aves-bulu-burung/diakses tanggal 25nov 2009:13.00).

Wallker. 1999. Zoologi Umum. Erlangga. Jakarta.